KONTAK SAYA

Menanggapi Hadiah Voucher Penerbitan

Menanggapi Even Berhadiah Voucher Penerbitan, Yang Ternyata Menguntungkan!!!

Beberapa bulan lalu, saya pernah membuat ulasan terkait gagasan pribadi seandainya untuk even-even menulis tidak menggunakan Voucher penerbitan sebagai hadiah. Alasannya, penulis terkesan dirugikan pada point -->
~ Pada akhirnya voucher tidak terpakai dan hangus karena tidak dimanfaatkan.
~ Penulis se'olah' menjadi dipaksa untuk menerbitkan buku di penerbit yang mengadakan even. Sehingga kesannya, pihak penerbit yang diuntungkan.

Nah, itu ulasan saya tentang hadiah Voucher penerbitan beberapa bulan lalu. Namun baru-baru ini, saya membaca postingan seorang teman sebut saja NA, yang kemudian setelah saya renungkan akhirnya didapat kesimpulan (menurut saya) bahwa inti dari nasib buku kita dipasaran ialah pada 'trik marketing'. Itu benar, dan itulah jawaban yang menjadi kunci pembuka tentang 'Manfaat Voucher Penerbitan'.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang manfaat seperti apa yang saya maksud, mari kita telaah lagi tentang pentingnya Trik Marketing dalam memasarkan buku kita. Selain kualitas/kekuatan seberapa menariknya buku kita, ternyata kita juga WAJIB memiliki tehnik pemasaran yang  menarik dan cerdas pula.

Contoh : Ketika buku kita berhasil lolos masuk ke penerbit mayor, pertama kita mendapatkan keuntungan yaitu terbebasnya dari biaya penerbitan. Ke dua kita akan mendapatkan royalti dari setiap buku yang terjual. Nah, ulang kalimatnya, "Kita akan mendapat royalti dari setiap buku yang terjual". Nah besarnya keuntungan yang akan kita peroleh dari buku kita yang terbit di penerbit mayor ialah sangat bergantung dengan berapa banyak buku kita yang terjual. Apakah kita hanya akan mengandalkan penerbit memajang buku 'keren' kita di toko buku? Jadi inilah poin pentingnya strategi pemasaran.

Meski buku kita sudah terbit di penerbit mayor dan dapat dilihat, dicari dan dibeli di seluruh toko buku (penerbit) apa kita bisa menjamin buku kita akan dibeli apalagi laris, bila para pembeli tidak tahu keunikan dari buku kita yang memungkinkan membuat mereka tertarik?

Promosi! Itulah kuncinya. Kita juga harus punya strategi menarik dalam mempromosikan buku kita tersebut, agar calon pembeli tertarik untuk membelinya. (Strategi pemasaran yang menarik bisa ditanyakan kepada yang lebih ahli).

Kalau saya tidak salah dengar, penerbit bisa memutuskan kontrak penerbitan terhadap buku-buku yang tidak laku dipasaran. Nah kalau sudah begitu, ternyata menerbitkan buku di penerbit Mayor tidak juga menjamin buku kita akan diterima masyarakat dengan baik.

Contoh ke dua : Kita sangat yakin bahwa buku/tulisan kita sangat menarik dan laku di pasaran, sementara mungkin kita tidak sabar menunggu proses pengajuan ke penerbit mayor dan memilih menerbitkan sendiri atau self publishing. Pertama, kita memang harus mengeluarkan biaya penerbitan, dan untuk setiap kali menerbitkan kita akan dikenai biaya per eksemplar. Namun, jangan salah, bukan berarti menerbitkan buku di penerbit indie itu tidak menguntungkan. Karena nasib dari buku kita di masyarakat ada pada kandungan buku itu sendiri apakah memang menarik dan layak untuk dibaca serta sebagus apa strategi pemasaran kita.

Dengan promosi yang produktif, serta buku yang tidak mengecewakan bukan tidak mungkin buku kita akan tetap laku di pasaran meskipun diterbitkan secara Indie.
Lalu bagaimana dengan keuntungan? Pertama, bila melalui penerbit indie kita bisa tentukan sendiri harga jual buku (atau bisa melakukan kesepakatan dengan penerbit) sehingga kita bisa menentukan berapa keuntungan yang akan kita ambil perbukunya. Sementara royalti yang didapatkan dari penerbit mayor rata-rata berkisar antara 10-15% dari harga buku. Ke dua, banyak penerbit yang memberikan fasilitas atau kelebihan dalam bentuk harga yang lebih murah setiap mencetak dalam jumlah banyak, sementara harga jual tetap. Tentu keuntungan akan lebih banyak lagi, tetapi jangan lupa pada strategi promosinya.

Apa yang bisa kita simpulkan dari dua contoh di atas? Kunci penting dalam sukses menerbitkan buku ialah pertama Kualitas Buku, dan yang ke dua ialah Promosi. Sebelum kita memusingkan masalah keuntungan beserta kalkulasinya, pertama-tama sebagai calon penulis, atau orang yang sedang menekuni dunia tulis menulis ialah tulislah/lahirkanlah buku yang BERKUALITAS terlebih dahulu. Masalah terbit di Mayor atau Indie itu kita bisa pikirkan lagi. Mau diajukan ke Mayor boleh, atau ke Indie juga boleh. Setelah buku terbit, tinggal lakukan tugas kita yang ke dua yaitu Promosi.

Lalu apa hubungannya dengan hadiah Voucher penerbitan? Baiklah, pertama ketika kita mengikuti sebuah even, tentu harapannya menang bukan? Lantas ketika menang dan ternyata hadiahnya voucher terus jadi galau, dan kapok ikut even?
Wait! Pertama ketika kita berhasil menjadi pemenang dalam sebuah even, apa pun hadiahnya, artinya tulisan kita sudah dianggap paling baik dari sekian banyak peserta yang mengikuti even tersebut, paling tidak oleh PJ penyelenggara even. Karena bagus dan tidaknya suatu karya itu sangat variatif, tiap-tiap orang punya standar penilaian sendiri-sendiri.
Yang pasti karya kita termasuk sudah keren kan apabila kita berhasil menjadi pemenang?
Ke dua, secara tidak langsung hadiah voucher yang kita dapatkan itu mampu melatih kita menjadi disiplin, kenapa? Voucher biasanya memiliki masa berlaku. Nah di sinilah, pemenang dituntut DISIPLIN dalam menulis agar bisa menyiapkan naskah satu buku sebelum masa berlaku voucher habis. Benar apa benar? Karena menulis pun merupakan hal atau pekerjaan yang juga menuntut kedisiplinan, penulis beneran 'katanya' tidak akan menggunakan mood sebagai senjata untuk menulis. Akan lucu bila seorang penulis skenario, ditugasi menulis naskah menjawab seperti ini, "Sorry, Bos. Lagi nggak Mood Nih, minggu depan aja ya!" :p

Ke tiga, ketika kita memenangkan sebuah even, secara tidak langsung, diakui atau tidak, kita pasti akan mengakui di dalam hati, "ternyata aku/tulisanku/aku bisa menulis sesuatu dengan lebih baik dari mereka." Nah pelan-pelan kita akan menemukan keyakinan dan kepercayaan diri bahwa kita bisa menulis sesuatu yang memang bagus, lantas kenapa kita tidak mencoba menulis sebuah buku? Kan sudah dapat Voucher penerbitan! Kenapa harus menunggu-nunggu tulisan kita berhasil masuk di Mayor, toh pada akhirnya seperti ulasan di atas, di Mayor atau di Indie nasib buku kita itu tergantung pada kualitas bukunya dan bagaimana kita mengenalkannya pada calon pembaca!!!

Ke empat, ketika naskah kita sudah selesai dan disiap diterbitkan meski melalui penerbit indie pada akhirnya kita tetap sudah mempunyai buku tunggal, bukan sekedar antologi. Tinggal laksanakan tugas selanjutnya, yaitu membuat dan melakukan strategi penasaran yang bagus.

Selain kelebihan-kelebihan di atas, tentu masih banyak kelebihan lain baik dari penerbit mayor maupun indie. Namun ini yang ingin saya sampaikan di sini tidak lain bahwa terbit di mana itu bukan hal paling penting dari seorang penulis. Namun, seberapa bagus dan berkualitasnya apa yang kita suguhkan pada pembaca dan seberapa kuat dan berhasil strategi pemasaran yang kita lakukan untuk karya tersebut.
Dan, ternyata Voucher Penerbitan pun sangat bermanfaat apabila kita bisa melihat, menanggapi dan memanfaatkannya dengan tepat dan optimal.
"Lihatlah yang positif dan dapatkan hal positif pula."

Selamat untuk Mbak Murni Asih, yang sudah membuka pikiran saya tentang manfaat voucher penerbitan dilihat dari kacamata lain. Terimakasih juga untuk seorang teman yang sudah panjang lebar membahas tentang penerbitan dan memberi saya banyak pengetahuan.

Share on Google Plus

About Unknown

3 komentar: