KONTAK SAYA

Bapak Kesusastraan Modern

Gustave Flaubert, Bapak Kesusastraan Modern

Sebagai orang baru yang menjejakkan kaki di ranah literasi, info-info sejarah terkait sastra menjadi hal yang sangat berarti dalam menambah wawasan. Namun sebagai seorang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kesastraan sulit bagi saya untuk mendapatkan sumber-sumber pengetahuan tersebut dan mungkin hal ini juga dialami oleh teman-teman TKI lain yang saat ini sama-sama tengah menekuni dunia literasi..

Entah kebetulan atau lebih tepatnya keberuntungan. Saat ini ada satu buku di tangan saya, ialah "Cantik Itu Luka" Karya Eka Kurniawan yang merupakan salah satu jenis sastra Modern. Berdasarkan penuturan beberapa teman yang sudah lebih dulu menikmati buku tersebut, saya mendapat bocoran terkait isi yang bisa dibilang vulgar. Lalu keberuntungan apa yang berkaitan dengan novel Cantik Itu Luka, tersebut?

Jawabannya, ialah karena saya menemukan sebuah bacaan yang mengulas tentang riwayat lahirnya kesusastraan Modern.

Nama Gustave Flaubert, bagi saya dan mungkin bagi teman-teman TKI tidak begitu akrab di telinga. Padahal sumbangsihnya dalam dunia sastra telah membuat sastra berevolusi pada zamannya.

***

Gustave Flaubert (1821-1880) adalah seorang pengarang besar Perancis yang karyanya dikagumi di seluruh dunia. Pengarang putra seorang dokter ini amat perasa, bahkan seringkali terbawa arus lirisme. Ia menulis Nyonya Bouvarysangat realistis, karena pelukisannya melalui observasi atas kejadian-kejadian dan keadaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Begitu realistisnya ia melukiskan kehidupan dalam Nyonya Bouvary, menggambarkan rangkaian peristiwa-peristiwa sensual dan yang aib sebagai sesuatu yang wajar, menelanjangi moral tokoh-tokohnya tanpa tedeng aling-aling, sehingga karyanya ini saat itu dinilai melanggar norma-norma kesusilaan dan agama. Maka pada tahun 1857 Flaubert dituntut di muka pengadilan.

Dengan cemerlang Flaubert dapat membela dirinya, dapat meyakinkan pengadilan dan masyarakat, bahwa buku bacaan seperti Nyonya Bovary itu justru menyebabkan orang-orang takut berbuat dosa. Dan ketakutan akan beban penyesalan yang tak kunjung habis seumur hidup itu akan membimbing orang ke jalan yang benar.

Emile Zola menganggap Flaubert dengan karyanya itu telah mengadakan revolusi. Sedangkan beberapa penulis besar, antara lain Kafka, Henry James, James Joice, dan lain-lain, dengan rendah hati mengakui dirinya sebagai “pewaris” Flaubert.

***

Tiga paragraf di atas adalah blurb yang diambil dari buku Madam Bouvary yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Winarsih Arifin pada tahun 1990. Dan memang karya ini adalah karya terbesar dari Flaubert. Karya yang penuh dengan cerita realis, bumbu sensual yang dianggap melanggar susila keagamaan pada waktu itu, dan tentu saja, konflik yang mencekik pembaca.

Madam Bouvary adalah karya besar dan laku keras di pasaran karena Flaubert disidang di depan pengadilan. Dia berhasil membantah semua tuduhan itu dan membuktikan diri tidak bersalah, tapi tetap saja dipersalahkan secara tersirat oleh orang-orang. Dan tidak berbeda jauh dengan masa ini, di mana sensasi adalah jualan yang paling laku, buku Madam Bouvary ini menjadi sangat laku karena kasus Flaubert itu.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, ketika formalisme muncul terutama di roman baru, akhirnya Flaubert diakui sebagai Bapak Kesusastraan Modern. Sastranya begitu banyak dibaca kembali oleh para sastrawan besar setelahnya. Tak heran, sastrawan terbesar yang kita kenal: Kafka, Henri James, James Joyce, Vargas Llosa -dan percayalah, masih banyak lagi- menyatakan diri sebagai “pewaris-pewaris” Gustave Flaubert.

Enam paragraf terakhir saya ambil dari link berikut http://sastranesia.com/gustave-flaubert-bapak-kesusastraan-modern/
Silakan klik juga untuk artikel aslinya.

Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar